Hagia Sophia (Aya Sofya)
Berawal sebagai gereja lalu Masjid
dan sekarang berfungsi menjadi museum, Hagia Sophia (Aya Sofya) adalah simbol
utama bagi kota Istanbul. Hagia Sophia dibangun oleh Eastern Roman Emperor
Justinian I pada 537 M. Masa pemerintahan Eastern Roman Emperor
Justinian I adalah masa kejayaan Romawi. Desain Byzantium pada Hagia Sophia
adalah yang terbaik dan menjadi gereja terbesar di dunia selama hampir 1,000
tahun.
Hagia Sophia sempat mengalami
kehancuran saat Konstantinopel diserang oleh Tentara Salib I pada 1204 H.
Pada 1453 M, Hagia Sophia diubah menjadi Masjid setelah Sultan Muhammad
(Muhammad Al Fatih) menaklukkan Konstantinopel dan mengubah namanya menjadi
Istanbul (Kota Islam). Sultan Muhammad memperlakukan penduduk Konstantinopel
dengan baik dan tetap mempertahankan berbagai bangunan megah yang telah ada,
termasuk Hagia Sophia.
Penduduk lokal menyebutnya sebagai
Sultan Ahmet Mosque (Masjid Sultan Ahmad) sedangkan para traveler sering
menyebutnya sebagai Blue Mosque (Masjid Biru). Antara tahun 1609 M hingga 1616
M, Sultan Ahmad I memberikan perintah kepada arsitek handal, Sedefkar Mehmed
Aga, untuk membangun Masjid ini. Pemakaman Sultan Ahmad I pun terdapat didalam
area Masjid.
Lokasi Masjid Sultan Ahmad
berhadapan dengan Hagia Sophia (Aya Sofya) dan hanya dibatasi oleh taman kecil.
Kedua bangunan megah ini menjadikan Istanbul sebagai salah satu kota dengan
bangunan terindah. Gabungan antara desain Islam dan Byzantium yang kompleks,
Masjid Sultan Ahmad memberikan gaya arsitektur yang luar biasa.
Dengan enam menara yang menjulang
tinggi dan dilengkapi oleh tidak kurang dari 30 kubah, Masjid Sultan Ahmad
terlihat sangat cantik dan megah. Bangunan dalam Masjid berbentuk area
luas dan tinggi yang dihiasi dari 20,000 keramik berwarna biru. Keramik
berwarna biru tersebut adalah keramik biru iznik terbaik
yang ada pada masanya. Oleh karena itu, Masjid Sultan Ahmad sering disebut juga
sebagai “Masjid Biru”.
Ada
kisah lain tentang alasan penyebutan Masjid Sultan Ahmad sebagai “Masjid Biru”.
Dikisahkan bahwa pada jaman dahulu, para pelaut sering melabuhkan kapalnya di
darmaga Laut Marmara yang lokasinya dekat dengan Masjid Sultan Ahmad. Siluet
Masjid yang terpantul dengan cantik oleh air laut dilihat oleh para pelaut,
sehingga mereka pun menyebutnya sebagai “Masjid Biru”. Saat ini, pengalaman itu
sudah tidak dapat kamu alami, karena sudah ada gedung tinggi yang membatasi
Masjid dan laut.
Jika
kamu berkunjung ke Masjid Sultan Ahmad, usahakan untuk ikut Shalat berjama’ah.
Rasakan aura masa kejayaan Islam yang dipancarkan oleh Masjid dan berdo’a agar
Islam kembali berjaya di bumi Allah SWT ini. Untuk memasuki area Masjid,
tentunya kamu tidak perlu membayar. Jaga selalu kebersihan lingkungan Masjid
dari sampah atau tindakan buruk lainnya.
Süleymaniye Mosque
Sultan
Sulaiman adalah salah satu Sultan terbaik Turki yang dapat menghantarkan
Kesultanan Turki untuk kembali mencapai masa kejayaan Islam. Masjid Sulaiman
adalah Masjid terbesar di Turki yang didesain oleh arsitek handal, Mimar Sinan,
pada 1550 M. Selain tempat Shalat berjamaah, di area Masjid ini pun terdapat caravanserai (area untuk berjalan kaki), tempat
seminar, madrasah, rumah sakit, dapur, dan tempat tinggal istri Sultan Sulaiman
yang bernama Roxelane.
Terdapat
beberapa kesamaan gaya arsitektur Masjid Sulaiman dengan Hagia Sophia atau
Masjid Sultan Ahmad, walaupun tidak semegah kedua bangunan tersebut. Jika kamu
berdiri di jembatan Galata, Masjid Sulaiman dan berbagai bangunan megah di
Istanbul lainnya akan terlihat jelas.
Sama
seperti jika kamu berkunjung ke Masjid Sultan Ahmad, usahakan untuk ikut Shalat
berjama’ah. Rasakan aura masa kejayaan Islam yang dipancarkan oleh Masjid dan
berdo’a agar Islam kembali berjaya di bumi Allah SWT ini. Untuk memasuki area
Masjid, tentunya kamu tidak perlu membayar. Jaga selalu kebersihan lingkungan
Masjid dari sampah atau tindakan buruk lainnya.
Topkapi Palace
Saat
Sultan Muhammad (Muhammad Al Fatih) menaklukkan Konstantinopel pada 1453 M,
beliau langsung memerintahkan untuk membangun area tempat tinggal yang baru.
Pada akhirnya, inilah tempat tinggal yang disebut sebagai Istana Topkapi.
Istana Topkapi menjadi tempat tinggal Sultan dan keluarganya hingga empat abad
kemudian, mulai dari 1465 M hingga 1853 M.
Pada
dasarnya, Istana Topkapi bukan saja Istana tempat tinggal Sultan dan
keluarganya. Istana ini menjadi area pusat pemerintahan Kesultanan Turki dan
menjadi tempat tinggal lebih dari 4,000 orang. Begitu luas dan besarnya Istana
ini dengan berbagai fungsi yang dimiliki, menjadikannya bagaikan “kota” didalam
“kota”.
Istana
Topkapi mengalami berbagai renovasi dan modifikasi hampir setiap tahun. Saat
ini, Istana memiliki empat halaman besar yang dikelilingi tembok dengan
berbagai bangunan besar maupun kecil yang ada didalamnya. Pada area Istana pun
terdapat banyak sekali kamar, Masjid, aula, dan taman. Gaya arsitektur Istana
Topkapi sangat luar biasa dan patut untuk dikagumi. Berbagai koleksi masa kejayaan
Islam pada masa Kesultanan Turki pun tersimpan rapih didalam Istana. Dari area
Istana pun kamu dapat menikmati pemandangan indah dari selat Bosphorus, Laut
Marmara, dan Golden Horn.
Istana
Topkapi sangat penting bagi banyak orang selama empat abad lamanya. Fungsinya
sebagai tempat tinggal adalah yang utama. Sebagai Istana dari Kesultanan Turki,
Istana Topkapi selalu memberikan manfaat yang terbaik bagi Sultan, keluarga
Sultan, dan penduduk Turki.
Dolmabahce Palace
Pada bagian Eropa dari selat Bosphorus, Kesultanan Turki menjadikannya
sebagai pusat dari berbagai keindahan arsitektur. “Dolmabahce Palace is a
masterpiece of art. It is like a poem must be read in its own language. Artists
who made them might put their love when they were designing them.”Itulah penggambaran dari Istana Dolmabahce yang memiliki gaya arsitektur baroque, rococo, neo-classic, dan Islam. Arti dari kata “Dolmabahce” dalam bahasa Turki adalah “penuh dengan taman”, karena sejak awal area tersebut telah dipenuhi dengan taman bunga.
Istana Dolmabahce menjadi tempat tinggal enam Sultan dan keluarganya juga sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Turki sejak 1856 M hingga 1922 M. Namun, antara tahun 1887 M hingga 1909 M, tempat tinggal Sultan dan keluarganya juga pusat pemerintahan adalah di Istana Yildiz. Istana Dolmabahce adalah tempat tinggal dari Sultan Turki yang terakhir. Selanjutnya, Mustafa Kemal Attaturk menjadikannya sebagai Istana Presiden dan pusat pemerintahan Republik Turki.
Istana Dolmabahce dibangun pada tahun 1843 M hingga 1856 M atas perintah Sultan Abdulmecid I. Area Istana awalnya adalah pantai dari selat Bosphorus, lalu diaklamasi secara bertahap. Arsitek yang membangun Istana Dolmabahce adalah tiga arsitek dari keluarga Balyan, yaitu Haci Said Aga, Nigogayos Balyan, dan Evanis Kalfa. Pembangunan Istana ini menghabiskan biaya yang sama dengan 35 ton emas. Sebanyak 14 ton emas digunakan untuk menghiasi tembok Istana Dolmabahce seluas 110,000 m2.
Dengan luas 45,000 m2, Istana Dolmabahce menjadi Istana terluas yang ada di Turki. Dibandingkan Istana Topkapi yang dihiasi oleh keramik iznik dan ukiran khas Ottoman, hiasan Istana Dolmabahce lebih didominasi oleh emas dan kristal. Bohemian Crystal Chandelier terbesar di dunia yang ada di aula utama Istana adalah hadiah dari Ratu Victoria. Bohemian Crystal Chandelier itu memiliki 750 lampu dengan berat 4.5 ton. Di Istana ini terdapat tangga besar yang terbuat dari kayu mahogany yang dihiasi oleh kristal baccarat dan kuningan. Istana Dolmabahce memiliki koleksi kristal bohemian dan baccarat yang paling banyak di dunia.
Istana Dolmabahce dibangun, karena Sultan merasa bahwa Istana Topkapi sudah terlalu out-of-date baik dalam bentuk Istana ataupun kemewahannya. Meskipun menjadi Istana yang megah dan indah sehingga bisa terus kita lihat hingga saat ini, sudah seharusnya bagi kita untuk selalu bersyukur dan bermanfaat sesuai dengan karunia yang Allah SWT berikan. Jadikan alasan pembangunan Istana Dolmabahce ini sebagai pembelajaran yang baik mengenai makna syukur.
Grand Bazaar
Grand Bazaar yang memiliki 3,000 toko dibangun pada 1461 M oleh
Sultan Muhammad (Muhammad Al Fatih) dan menjadi pemberhentian terakhir dari
“jalur sutra”. Di lokasi ini terdapat ribuan toko yang menjual perhiasan,
tekstil, keramik, perak, karpet, berbagai produk berharga dan aneka produk
lainnya. Setiap hari, Grand Bazaar dikunjungi oleh lebih dari 500,000
konsumen. Dari awal terbentuknya hingga saat ini, lokasi ini selalu ramai
dengan berbagai aktifitas perdagangan.Bertahannya Grand Bazaar menghadapi perkembangan jaman merupakan pelajaran yang berharga. Fungsi utama dari Grand Bazaar sebagai pusat perdagangan tetap dipertahankan hingga saat ini, sehingga selalu memberi manfaat ke banyak orang dan keberadaannya sangat berarti.
Itulah
beberapa jejak kejayaan Islam yang ada di Turki. Kesultanan Turki merupakan
dinasti Islam terkuat yang hampir menguasai seluruh Eropa dan beberapa wilayah
Asia juga Afrika. Runtuhnya kekuasaan Turki yang memiliki pertahanan terkuat
dan telah berkuasa sangat lama adalah pelajaran bagi kita semua. Segala sesuatu
pasti memiliki awal dan akhir, begitu pula dengan kekuasaan. Selalu yakin bahwa
dengan ijin Allah SWT, masa kejayaan Islam akan datang kembali.
Tetaplah
selalu berusaha untuk menjadi Agen Muslim yang baik dimanapun kamu berada.
Pelajari berbagai makna tersirat yang ada pada berbagai jejak kejayaan Islam di
bumi ini. Jelajahi bumi Allah SWT, kagumi keindahan-Nya, dan syukuri segala
karunia-Nya.